Otomotips.com – Proses pembuatan oli atau pelumas itu menambahkan zat aditif. Apapun bahan dasarnya baik sintetis atau mineral pasti terdapat zat aditif pada oli tersebut. Akan tetapi ukurannya berbeda-beda menyesuaikan dengan merek oli.
Fungsinya adalah untuk memaksimalkan oli dan mengurangi terjadinya gesekan setiap komponen pada mesin kendaraan. Ada banyak zat aditif yang terdapat pada oli dan setiap zat memiliki fungsi yang berbeda-beda.
Zat Aditif Pada Oli
Oli memiliki fungsi untuk mengalirkan panas yang muncul akibat proses pembakaran dalam kendaraan sekaligus mendinginkannya. Penggunaan zat aditif juga tidak bisa sembarangan karena jika berlebihan bisa membahayakan kendaraan.
1. Zat Aditif Untuk Memperbaiki Apabila Terjadi Gesekan
Fungsi zat aditif pada oli yang pertama adalah menurunkan nilai koefisien gesekan pada komponen kendaraan. Jika dibiarkan begitu saja maka bahan bakar akan cepat habis. Struktur dari zat aditif ini berupa lapisan molekul yang mudah bergeser.
Itulah karena lapisan molekul yang mudah bergeser dapat menurunkan nilai koefisien. Contoh zat aditif yang digunakan adalah polytetrafluoroethylene, tungsten desifilda, molibdenum disulfida, dan boron nitrida.
2. Aditif Extreme Pressure
Aditif Extrem Pressure merupakan zat aditif yang berfungsi untuk mencegah terjadinya sentuhan antar komponen akan tetapi khusus ketika tekanan mesin sedang tinggi. Alurnya adalah ketika terjadi reaksi antara molekul permukaan mesin dan zat aditif akan membentuk lapisan.
Lapisan tersebut bernama lapisan film yang memiliki sifat sangat kuat dan mampu menahan beban kerja tinggi. Contoh material yang digunakan adalah molibdenum disulfida, zinc, ester, dan dialkyldithiophosphate.
3. Anti Oksidan
Zat aditif pada oli yang berikutnya adalah bersifat sebagai antioksidan. Oli yang terbuat dari bahan mineral akan melakukan reaksi di udara sehingga membentuk asam organik. Asam organik tersebut dapat menyebabkan terjadinya endapan dan vernis serta korosi.
Oleh karena itu diperlukan material yang bersifat antioksidan untuk menghambat terjadinya oksidasi pada oli. Beberapa material dengan sifat antioksidan adalah hindered phenols, aromatic amines, aromatic sulfides, alkyl sulfides, dan zinc dithiophosphate.
4. Berfungsi Untuk Anti Foaming Agent
Fungsi berikutnya adalah sebagai anti foaming agent, kendaraan yang menggunakan gearbox, kompresor ketika bekerja akan mengalami gerakan mengaduk. Gerakan mengaduk ini dapat membahayakan oli sehingga bisa memunculkan gelembung-gelembung udara.
Agar tidak terjadi oksidasi maka ditambahkan zat aditif pada oli yang bersifat anti foaming agent. Salah satu contoh bahan yang memiliki sifat anti foaming agent adalah dimetil silikon.
5. Aditif Anti Keausan atau Anti Wear
Jenis zat aditif pada oli berikutnya memiliki sifat anti wear atau anti aus. Fungsinya adalah untuk mencegah terjadinya kontak langsung antar komponen kendaraan. Dengan menggunakan zat aditif ini maka umur mesin bisa lebih panjang.
Adapun cara kerjanya adalah dengan memberikan reaksi molekul pada metal di bagian permukaan komponen. Tujuannya adalah untuk membantu lapisan film ketika akan bergeser beberapa contoh zatnya adalah ZDP, TCP, dan ZDDP.
Zat-zat aditif di atas adalah bagian penting dalam proses pembuatan oli. Masih banyak zat aditif dengan fungsinya masing-masing. Ada juga yang berperan sebagai detergen yaitu menjaga permukaan logam agar tetap bersih dan terhindar dari kotoran.
Semua komponen pada kendaraan sangat penting dan peran oli di sini juga besar. Dengan mengetahui apa saja zat yang terdapat di dalam oli akan memudahkan Anda untuk melakukan perawatan kendaraan.
Walaupun fungsi dari kelima zat aditif pada oli di atas berbeda-beda, akan tetapi semuanya saling berkaitan untuk menjaga komponen dari kerusakan. Tidak hanya itu Anda juga perlu melakukan pergantian oli secara rutin.